Siang itu, waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB ketika kami menginjakkan kaki di Salam Judeg, sebuah dusun paling selatan di Desa Blongko, Kec. Ngetos, Kab.Nganjuk.
Indikator ketinggian (latitude) menunjukkan angka 890 mdpl, sedangkan termometer digital menunjukkan angka 24 derajat celcius.
Tim Ekspedisi singgah di Basecamp Pendakian Wilis via Blongko dan disambut oleh pengelola mas Suwito. "Pinarak ten lebet mriki mas" ujarnya. Hawanya agak panas, lanjut Suwito, karena musim kemarau, namun sekali waktu hujan masih mengguyur di dusun ini.
Perubahan Iklim yang terjadi di hampir seluruh muka bumi juga di alami oleh warga lereng wilis. Cuaca ekstrim berupa suhu panas menyergap warga Blongko saat siang hari, dinginnya kabut Gunung Wilis yang kerap di jumpai satu dasawarsa lalu seolah sirna dan benar-benar berlalu "Menawi dalu, hawane bediding pak" ujar Suwito
Suwito (bertopi) saat memantau tanaman penghijauan |
Bediding adalah istilah yang digunakan masyarakat Jawa untuk menyebut perubahan suhu yang ekstrim khususnya di musim kemarau. Suhu udara menjadi sangat dingin menjelang malam hingga pagi, sementara di siang hari suhu melonjak hingga panas menyengat.
Perubahan Iklim Global, lanjut Suwito, juga berdampak pada anomali cuaca. Di musim kemarau, kondisi puncak pegunungan wilis kerap turun hujan dengan intensitas rendah dan sedang. Lokasinya sulit diprediksi sebab tempatnya kerap berpindah.
Selaku pengelola Basecamp Pendakian Argokelono - Wilis via Blongko, Suwito juga mengaku mendapatkan informasi bahwa kemarau tahun ini bisa di katakan Kemarau Basah.
"Biasane pas mangsa ketiga, konco2 siaga untuk penanganan kebakaran hutan" ujar Pria yang tergabung dalam Desa Tangguh Bencana (Destana Blongko),
Sebagai wilayah yang rawan terhadap Bencana Kebakaran, Destana Blongko sukses meraih penghargaan kategori Utama dari Gubernur Jawa Timur. Penghargaan prestisius ini di peroleh berkat upaya Destana dalam menjinakkan si Jago Merah.
"Kulo lan sederek, nerjang kobaran geni saking wetan, alhamdulillah diparingi selamet" ujarnya berkisah tentang perjuangan tim Destana yang selamat dengan cara menerobos kobaran api dengan cara menabrak api seiring arah datangnya Angin
Berdasarkan Data Tim Ekspedisi, di Desa Blongko terdapat 13 sumber mata Air, dan sebagian berada dalam kondisi kritis. Salah satunya adalah Mata Air Banyu Towo, yang berada di Dusun Salam Judeg. Debitnya kurang dari 1 liter perdetik.
Indikasi awal, hal ini akibat tutupan lahan di atas sangat minim. Suwito menjelaskan, sejak kebakaran hutan beberapa tahun lalu, belum ada upaya kegiatan reforestasi (penghutanan kembali) di areal eks kebakaran tofan.ardi@pawinihan
COMMENTS